Tim Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta beberapa waktu yang lalu melakukan penelitian terkait wisata alam yang dimiliki Bojonegoro. Menurut mereka, Bojonegoro sangat memungkinkan untuk menjadi lokasi Geoheritage dan Geopark. Berikut adalah beberapa lokasi wisata di Bojonegoro yang telah diteliti :
WATU GANDUL
Merupakan lokasi yang unik untuk dikunjungi. Lokasi ini terletak di Desa Sambongrejo Kecamatan Gondang. Hal yang menarik dari Watu Gandung adalah adanya tumpukan batu-batu yang berukuran sangat besar, tersusun dengan rapi secara alami, dan terdapat batu yang menggantung di antara tumpukan batu lainnya.
Kawasan Watu Gandul merupakan area perbukitan yang terdiri atas batuan beku intermediet Vulkanik, yakni Andesit dan runtuhan-runtuhannya yang tersebar di sekitar lokasi. Ada beberapa kawasan di lokasi Watu Gandul yang dinilai tim ahli sangat memungkinkan untuk dikembangkan guna memfasilitasi dan mendukung Watu Gandul menjadi kawasan geoheritage atau geopark.
BANYU KUNING
Banyu Kuning merupakan salah satu lokasi yang menarik untuk dikunjungi. Lokasi ini terletak di tepi sungai Desa Krondonan, Kecamatan Gondang. Banyu Kuning memiliki mata air yang cukup hangat dan air yang seolah-olah berwarna kuning, namun isi air aslinya adalah bening.
Warna kuning pada batuan berasal dari endapan yang bentuknya mirip seperti lumpur dan merekat pada batuan yang dialiri air, sehingga seolah-olah airnya berwarna kuning. Lokasi ini juga dinilai berpotensi menjadi geoheritage atau geopark.
Dengan keunikan dan keindahan alamnya, lokasi ini sering dikunjungi oleh wisatawan.
KEDUNG MAOR
Kedung Maor terletak di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Kedung Maor merupakan air terjun yang berasal dari aliran Kali Soko dan limpahan dari Waduk Pacal. Di lokasi ini terdapat air terjun dan fosil jejak. Menurut penilai geopark internasional, Kedung Maor memiliki nilai situs geoheritage yang tinggi.
Nama Kedung Maor sendiri diambil dari suara deru air yang meraung seperti suara hewan buas, oleh sebab itu warga sekitar sejak dulu menyebutnya dengan sebutan Kedung Maor. Kini lokasi tersebut juga menjadi lokasi wisata yang cukup sering dikunjungi.
KAYANGAN API
Lokasi Kayangan Api merupakan objek wisata yang terkenal di Bojonegoro. Lokasi ini berada di kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem. Kayangan Api merupakan fenomena geologi berupa gas alam yang keluar dari dalam tanah melalui zona lemah (rekahan). Di dekat titik semburan gas, terdapat mata air yang menghasilkan bau menyengat karena mengandung belerang. Dengan kondisi tersebut, api yang menyala di Kayangan Api hingga kini masih belum bisa padam.
Menurut legenda masyarakat setempat, dulu lokasi Kayangan Api merupakan tempat Empu Kriyo Kusumo membuat pusaka keris di jaman Majapahit. Api yang keluar dari dalam bumi tersebut konon digunakan sang empu untuk membakar pusaka yang akan dibuatnya.
WONOCOLO
Wonocolo dipilih dan diusulkan sebagai geosite di dalam Petroleum Geoheritage Bojonegoro, dikarenakan tempat ini tersingkap batu-batuan yang mewakili sistem petroleum di Bojonegoro dan adanya pengambilan minyak tradisional di sumur-sumur tinggalan Belanda dahulu. Pengambilan minyak tersebut diusahakan dengan tradisional dengan mesin-mesin mobil, menggunakan rig-rig dari kayu jati.
Puncak antiklin Wonocolo mempunyai ketinggian kurang lebih 450m di atas permukaan laut, sedangkan pemboran paling dangkal sekitar 200m dari puncak lipatan. Sehingga ketinggian minyak yang diambil di Wonocolo pada reservoir Wonocolo masih berada di atas permukaan laut.
Hal ini dapat membuktikan bahwa pemboran minyak tradisional di Wonocolo adalah yang paling dangkal di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Geosite Wonocolo ini dapat dikembangkan menjadi Wisata Geologi Sumur Tua Wonocolo yang merupakan energi tidak terbarukan.
Kini, lokasi tersebut dikenal dengan sebutan Teksas Wonocolo, selain karena kondisi lingkungannya yang mirip dengan lokasi minyak Texas di Amerika, Teksas sendiri merupakan singkatan dari Tekad Selalu Aman dan Sejahtera. Teksas Wonocolo menjadi lokasi wisata edukasi di Bojonegoro
Sangat Puas
67 % |
Puas
17 % |
Cukup Puas
0 % |
Tidak Puas
17 % |